PENAJAM PASER UTARA - Petani sawit swadaya semakin hari semakin menjerit, mengapa demikian ?
Tentu terjawab mahalnya harga pupuk nonsubsidi, mahalnya harga racun gulma berbagai merek dan meningkatkannya biaya perawatan kelapa sawit di wilayah penajam Paser Utara.
Baca juga:
Menggali Laba dari Bertani Pala
|
Faktanya hari ini, pupuk subsidi untuk petani sawit ditiadakan oleh pemerintah hanya untuk petani padi dan sayuran serta cabai.
Dimana hari ini di PPU, petani selalu menjerit dengan naik turunnya harga sawit hingga tak mencapai harga Rp. 3000 lagi, sisa harga Rp. 1600 rupiah yang tak sepadan dengan harga terasi di pasar.
Beras, ikan, sayur adalah kebutuhan keseharian yang semakin melambung ditambah beban anak sekolah dan biaya kuliah.
Sejumlah rumah tangga yang hanya memiliki kebun 2-4 hektar tanpa pupuk hanya bisa menutupi kebutuhan sehari dan tak mampu anaknya sampai ke bangku kuliah.
Isu dari orang yang berada ditempat, harga pabrik berbeda dengan harga SPK (koperasi), mana lagi jika tak sanggup sampai ke pabrik hanya sampai di pengepul tentu lebih murah lagi.
Petani swadaya berharap kenaikan harga TBS sawit dan menekan harga racun serta mengembalikan hak petani sawit mendapatkan pupuk subsidi atau menekan lajunya harga pupuk nonsubsidi.
Baca juga:
Bagas: Dari Preman Menjadi Petani Sukses
|
Ingat, di PPU terutama di kecamatan sepaku areal persawahan minim hanya mengandalkan buah kelapa sawit miliknya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kapan petani sawit swadaya sejahtera ? Tentu yang pegang kendali terkait.
Sumber: petani Swadaya PPU (17/06/2023)